UGM rintis
pengembangan sistem pertanian terpadu
Saat ini luas lahan produksi pangan di Indonesia berkisar
15,35 juta hektare, padahal yang dibutuhkan mencapai 24,2 juta hektare,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
merintis pengembangan sistem pertanian terpadu melalui pemanfaatan areal hutan
di bawah tegakan hutan untuk ketersediaan pangan.
"Semangat kami mengimplementasikan seluruh hasil riset dalam bidang
kehutanan. Hutan tidak sekadar melindungi lingkungan, tetapi juga sumber
pangan," kata Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Dwikorita Karnawati di
Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Perhutani mendukung
program tersebut terkait dengan adanya pembukaan lahan hutan untuk ketersediaan
pangan dan tebu seluas satu juta hektare.
Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM Mohammad Naiem mengatakan selama dua dekade
kebijakan pemerintah dalam mendorong kedaulatan pangan tidak dilakukan secara
serius.
"Saat ini luas lahan produksi pangan di Indonesia berkisar 15,35 juta
hektare, padahal yang dibutuhkan mencapai 24,2 juta hektare," katanya.
Menurut dia, program ketahanan pangan masih bertumpu pada lahan sawah yang
mayoritas berada di Pulau Jawa yang lahannya setiap tahun kian menyusut
drastis.
Oleh karena itu, kata dia, pemanfaatan hutan negara untuk mendukung sistem
pertanian terpadu perlu digalakkan dengan cara tetap mempertahankan kondisi
hutan.
Ia mengatakan Fakultas Kehutanan UGM sudah mencobanya dengan menanam empat
varietas padi di area kawasan Perhutani di Jawa Timur dan Jawa Tengah melalui
sistem tumpangsari dan gumpang gilir di sela tanaman jati dan pinus.
"Di KPH Ngawi, Fakultas Kehutanan UGM mengembangkan sepuluh varietas padi
gogo, tetapi saat ini baru tiga varietas unggulan yang sudah dikembangkan lebih
lanjut. Tiga varietas padi itu adalah Situpatenggang, Inpago 4, dan
Inpari," katanya.
Sumber :http://www.antaranews.com/
Nama : Mulia Hadi
K.
Gol/kelompok :
B4/7
"Semangat kami mengimplementasikan seluruh hasil riset dalam bidang kehutanan. Hutan tidak sekadar melindungi lingkungan, tetapi juga sumber pangan," kata Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Dwikorita Karnawati di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Perhutani mendukung program tersebut terkait dengan adanya pembukaan lahan hutan untuk ketersediaan pangan dan tebu seluas satu juta hektare.
Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM Mohammad Naiem mengatakan selama dua dekade kebijakan pemerintah dalam mendorong kedaulatan pangan tidak dilakukan secara serius.
"Saat ini luas lahan produksi pangan di Indonesia berkisar 15,35 juta hektare, padahal yang dibutuhkan mencapai 24,2 juta hektare," katanya.
Menurut dia, program ketahanan pangan masih bertumpu pada lahan sawah yang mayoritas berada di Pulau Jawa yang lahannya setiap tahun kian menyusut drastis.
Oleh karena itu, kata dia, pemanfaatan hutan negara untuk mendukung sistem pertanian terpadu perlu digalakkan dengan cara tetap mempertahankan kondisi hutan.
Ia mengatakan Fakultas Kehutanan UGM sudah mencobanya dengan menanam empat varietas padi di area kawasan Perhutani di Jawa Timur dan Jawa Tengah melalui sistem tumpangsari dan gumpang gilir di sela tanaman jati dan pinus.
"Di KPH Ngawi, Fakultas Kehutanan UGM mengembangkan sepuluh varietas padi gogo, tetapi saat ini baru tiga varietas unggulan yang sudah dikembangkan lebih lanjut. Tiga varietas padi itu adalah Situpatenggang, Inpago 4, dan Inpari," katanya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusM. Rizal Maulana
BalasHapus14/369380/PN/13905
B4/6
Dalam artikel ini, terdapat beberapa nilai penyuluhan sebagai berikut :
A. Adanya sumber teknologi / ide / onovasi
Ide yang terdapat pada artikel diatas adalah pengembangan sistem pertanian terpadu melalui pemanfaatan areal hutan di bawah tegakan hutan
B. Adanya sasaran
Beberapa sasaran yang telah dicapai dalam program yang telah disebutkan dalam artikel diatas adalah penanaman empat varietas padi di area kawasan Perhutani di Jawa Timur dan Jawa Tengah melalui sistem tumpangsari dan gumpang gilir di sela tanaman jati dan pinus. Selain itu, Di KPH Ngawi, Fakultas Kehutanan UGM selanjutnya akan mengembangkan sepuluh varietas padi gogo dari tiga varietas unggulan yang sudah dikembangkan lebih lanjut. Tiga varietas padi itu adalah Situpatenggang, Inpago 4, dan Inpari.
Sasaran publikasi artikel ini dapat ditujukkan pada Petani, Penyuluh, Peneliti dan Perusahaan di bidang Pertanian
C. Adanya manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari publikasi artikel tersebut adalah pengetahuan akan kebutuhan lahan produksi pangan di Indonesia mencapai 24,2 juta hektare sedangkan yang tersedia hanyalah sekitar 15,35 juta hektare, semangat untuk mendukung sistem pertanian terpadu ialah perlumya digalakkan dengan cara tetap mempertahankan kondisi hutan, dan pengetahuan tentang keberhasilan beberapa realisasi usaha pertanian terpadu di Indonesia yang telah dilakukan di beberapa daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Dalam artikel diatas terdapat beberapa nilai berita sebagai berikut :
BalasHapus- Timelines
Berita ini dipublikasikan pada bulan maret di tahun 2015, dapat disimpulkan berita yang disampaikan dalam artikel tersebut belum basi atau masih baru sebagaimana semakin maraknya program-program yang diluncurkan yang sejalan dengan program dalam artikel tersebut.
-Proximity
Berita tersebut dinilai sangat dekat dengan petani karena banyak pembahasan yang dipaparkan dalam artikel tersebut terkait dengan permasalahan di dunia pertanian
-Policy
Program yang dipaparkan dalam artikel tersebut sejalan dengan kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Perhutani mendukung program tersebut terkait dengan adanya pembukaan lahan hutan untuk ketersediaan pangan dan tebu seluas satu juta hektare
-Prominance
Berita tersebut dimuat dengan pelaku program sebuah institusi pendidikan tinggi yang sudah terkenal baik di lingkungan nasional maupun internasional yaitu Universitas Gadjah Mada yang selanjutnya diharapkan dapat lebih banyak menarik minat pembaca
-Development
BalasHapusProgram tersebut berhasil dilakukan dengan penanaman empat varietas padi di area kawasan Perhutani di Jawa Timur dan Jawa Tengah melalui sistem tumpangsari dan gumpang gilir di sela tanaman jati dan pinus dan tiga varietas padi unggulan yaitu Situpatenggang, Inpago 4, dan Inpari di KPH Ngawi
-Conflict dan Human Interest
Permasalahan yang sekaligus menjadi ketertarikan dalam artikel tersebut adalah selama dua dekade kebijakan pemerintah dalam mendorong kedaulatan pangan tidak dilakukan secara serius dan program ketahanan pangan masih bertumpu pada lahan sawah yang mayoritas berada di Pulau Jawa yang lahannya setiap tahun kian menyusut drastis.